Assalamualaikum wr. wb

Blog ini sebenarnya adalah sebagian besar berisi informasi tentang bayi dan balita.
karena aku mempunyai anak yang masih bayi.
Semua informasi yang aku pernah dapatkan, aku usahakan untuk di posting di blog ini dengan tujuan agar bermanfaat bagi orang banyak.
Demi kemajuan blog ini, tolong tinggalkan komentar atau vote anda.
Boleh juga kritik dan saran yang membangun.


Wassalamualaikum wr. wb
Bundanya Shakila


Thursday, 26 April 2012

6 tempat rekreasi untuk balita di Jakarta

6 Tempat Rekreasi Di Jakarta
Liburan tlah tiba! Saatnya ajak balita bersama anggota keluarga lainnya untuk menghabiskan waktu liburan dengan berkunjung ke tempat-tempat wisata. Tak harus pergi jauh, bagi Anda yang berdomisili di Jakarta, beberapa tempat wisata berikut ini bisa menjadi pilihan.
 
1. Alam Sutera Family Park
Memasuki area ini, Anda tak merasakan teriknya matahari di luar. Di dalam area bermain yang luas ini terdapat sudut tempat bermain anak yang dinamakan Kampung Maen. Anak-anak sangat suka permainan di kolam air. Ada kolam penuh mainan, kolam perosotan dan kolam arus. Anada tak perlu takut mengajak bayi atau balita bermain di kolam-kolam ini karena kola mini sangat dangkal, dirancang untuk anak mulai usia 1 tahun.
Lokasi: Komplek Perumahan ALam Sturea, Serpong, Tangerang. (www.alam-suter.com)
 
2. Ancol Jakarta Bay City.
Pantai yang membentang sepanjang 2 km ini punya nama-nama yang berbeda. Ada pantai Danau,pantai Timur, pantai Festival, pantai Molek dan pantai Carnaval. Di pantai Festival, Anda dapat mengajak bayi atau balita Anda duduk nyaman memandang laut lepas. Mengajaknya naik perahu? Boleh dicoba, tapi jangan lupa kenakan baju hangat. Di dalam perahu, bayi atau balita Anda bisa mendengar kecipak air laut.
Lokasi: Kawasan Ancol, Jakarta Utara. (www.ancol.com)
 
3. Ocean Park Water Adventure.
Bila Anda suka petualangan air dan ingin menularkannya pada balita, ajak ia bermain air di Kiddie Pool. Ada kolam untuk usia 2-3 tahun, 3-7 tahun dan 7-12 tahun. Ajak bayi atau balita Anda bermain-main dikolam untuk anak usia 2-3 tahun sedalam lutut orang dewasa, kuatkan kaki otot kakinya dengan menuntunnya berjalan menjelajahi kolam, atau menggerakkan kakainya di dalam air bila ia belum belajar berjalan. Untuk area ini Anda hanya boleh memnbawa minuman, karena di dalam area terdapat lebih dari 10 resto, makan baby food bawaan Anda lebih baik ditinggal saja di mobil. Tersedia loker untuk menyimpan barang dengan token sebagai kunci pembuka seharga Rp 5000 untuk sekali buka. Usahakan tidak membuka tutup loker berkali-kali, kerana berarti Anda harus membeli token berkali-kali pula.
Lokasi: Kawasa SBD, BSD City Serpong-Tangerang.
 
4. Circuz Town
Berlokasi di dalam mall, lokasi ini menyediakan permainan-permainan yang dapat dinikmati oleh bayai atau balita dengan penjagaan Anda,misalnya komidi putar dan kereta. Suasanan cukup family friendly dan tidak bising. Sementara bundamenemani buah hati, ayah bisa menunggu di tempat yang nyaman sambil menyiapkan makanan atau minuman untuk anak.
Lokasi: Pondok IndahMall 2, Jakarta dan Mall Taman Anggrek Jakarta, Sumarecon Mall Serpong-Tangerang. 

5. Tanah Tingal
Wisata hutan kota yang bagus untuk mengenalkan alam pada pada si bayi atau balita, sambil ia bermain. Keindahan bunga anggrek berbagai species bisa Anda perlihatkan pada balita Anda meski ia masih dalam gendongan Anda. Ajak pula ia menjelejahi area hijau ini, yang sering pula disambangi burung-burung kecil.
Lokasi: Jl.Mepati Raya no.32B Desa Sawah Baru, Jombang-Ciputat, Tangerang (www.tingal.com).  

6. Taman Margasatwa Ragunan
Beken denga nama Kebun Binatang Ragunan, kini sudah berubah menjadi lingkungan yang nyaman dilengkapi taman bunga. Ajak balita ketika pagi hari, sejak udara terasa sejuk karena terdapat pepohonan tinggi yang membuat lingkungan teduh. Siang hari pun terik matahari tak terasa menyengat. Ajak balita Anda melihat kudanil gosok gigi, atau menunggang gajah. Lelah berjalan, ada kereta mini yang bisa membawa Anda mengelilingi area ini dengan harga karcis Rp 5.000.
Lokasi: Jl.Harsono RM No.1, Pasar Minggu, Jakarta Selatan (www.jakarta.go.id/ragunan/zoo).
 
 
Sumber : http://www.ayahbunda.co.id

Tuesday, 17 April 2012

Melatih bayi makan sendiri

Tak terasa kini bayi bayi kita sudah mulai beranjak besar, rasa cinta makin menguat tatkala melihat kelucuan bayi kita yang mulai belajar berbicara, belajar berkomunikasi, bercengkerama, belajar menirukan gaya orang tuanya dan yang terakhir adalah belajar makan sendiri. Melatih bayi untuk dapat makan sendiri tentunya merupakan sebuah tanggung jawab orang tua, dan merupakan juga sebagai salah bentuk pendidikan dini kepada anak kita agar kelak bisa mandiri.

Makan adalah wujud tanggung jawab paling dasar yang dikenalkan pada anak. Jadi memungkinkan, ajarkan bayi menyuap makanannya sendiri lebih dini. Tentunya kita harus melihat usia dan tahap perkembangan otak anak. Sebenarnya, sejak usia 18 bulan, umumnya anak sudah bisa diajarkan tanggung jawab. Di masa ini anak mulai mengalami perkembangan individu dan punya ekspetasi sosial. Perkembangan ketika anak bisa mengambil dan memasukan sendiri makanan ke dalam mulutnya, ketika anak bisa memilih bentuk dan rasa yang ingin dimakan, atau ketika bayi bisa meminum dengan gelas bergagang dan mengembalikannya lagi tanpa membantingnya. Ajarkan anak bisa makan sendiri, tentu saja harus dengan sabar dan fleksibel, karena biasanya memerlukan pelajaran yang berulang-ulang.

Berikut beberap hal yang perlu diperhatikan orangtua agar bayi dapat melakukan makan dengan sendiri
  • Cuci tangan bayi dengan sabun dan semua perlengkapan makan harus dicuci bersih, aman, dan nyaman dikenalkan.
  • Cari perlengakapan makan yang terbuat dari plastik (food grade), dengan ujung bulat dan tidak tajam agar tidak melukai bayi.
  • Yakinkan bayi merasa aman dan nyaman di kursi makannya. Jika kita memilih menggunakan kursi yang tinggi, gunakan sabuk pengaman agar tidak jatuh. Kursi makan jauh dari tembok, aman dari karpet, meja, atau perlengkapan lain yang bisa dijangkau tangannya.
  • Lengkapi bayi dengan tadah liur, tisu, atau lap, dan alasi tempat makannya dengan alas dari plastik.
  • Biarkan mereka bereksperimen sendiri dengan makanannya. Hal ini juga baik guna perkembangan otak kiri dan kanan bayi.
  • Jangan takut dan terganggu, awalnya, lantai dan dinding akan sedikit kotor, karena di awal-awal bayi belajar makan, tangannya memainkan piring dan mainan, membalikannya dan melemparnya ke lantai atau dinding. Bersabarlah dan ajarkan secara bertahap cara makan yang benar.
  • Beri bayi sedikit makanan bayi di mangkuknya dan sendok untuk memainkannya. Jika belum terampil, biarkan ia menggunakan tangannya.
  • Tetaplah kita menyuapkan makanan yang sudah disiapkan sesuai porsinya sambil anak belajar makanan sendiri.
  • Jangan memberikan makanan bertekstur keras yang susah dikunyah dan menyebabkan tertelan utuh atau menyumbat tenggorokan.
  • Perhatikan jangan sampai bayi tersedak atau salah memasukkan makanannya ke mata atau hidung, bukanya ke mulut karena koordinasi tangannya belum baik. Segera lap muka dan tangannya untuk menghindari makanan masuk ke mata atau hidungya.
  • Bagi bayi yang gemar mengunyah dan menelan, jangan pernah terus menerus menjejalkan makanan ke mulutnya. Periksa mulutnya, jika terlalu penuh, keluarkan dengan tangan kita yang bersih dan upayakan ia menelan makanannya.
  • Beri mereka beberapa pilihan menu sehat yang tentunya disesuaikan dengan kepeluan gizi dan nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi
  • Jangan terlalu memaksa bayi. Kadangkala orangtua memaksa makan anaknya pada saat bayi tidak merasa lapar.
  • Jangan berika cemilan manis, keripik yang gurih dan berbumbu, karena makanan ini sifatnya mengenyangkan dan nilai gizinya nyaris tidak ada.
  • Jangan terlalu banyak memberi jus atau susu untuk bayi sebelum makan terlalu kenyang akan membuat bayi menolak makanan utamanya.
  • Biarkan bayi meneruskan makan sendiri sampai porsi makanannya habis dimakan.

Sumber : Bidanku.com

Cara Melatih Bayi Bicara

Melatih bayi belajar bicara sejak dini akan melatih membantu kemampuan komunikasi dan interaksi sosial anak dengan lingkungan. Apa yang kita katakan, akan tersimpan dalam memorinya dan suatu saat anak akan meniru apa yang dia dengarkan, baik yang di ajarkan orang tua maupun oleh orang-orang di sekitarnya. Satu hal yang paling penting adalah mengajarkan anak bicara dengan kata-kata yang positif, meskipun dia belum bisa bicara, karena ini akan mengasah rasa percaya diri mereka. 

Berikut Di bawah ini tips mengajar si kecil berbicara:
  • Ajak bayi berbicara sesering mungkin, sejak dini, meskipun dia belum waktunya berbicara.
  • Bicaralah dengan menggunakan suara yang lembut, karena mereka lebih suka mendengar suara yang lembut.
  • Selalu berbicara perlahan dan jelas padanya. Jangan lupa untuk melakukan kontak mata dengan si kecil.
  • Saat kita sedang bermain dengan di kecil, sebaiknya matikan radio atau televisi.Suara radio dan televidi bisa mengacaukan konsentrasinya.
  • Pilihlah kalimat sederhana.
  • Ajukan pertanyaan yang memancing jawaban lebih dari satu suku kata. Mungkin jawabannya tidak jelas, tapi kita harus tetap menghargainya dan menunggu responnya.
  • Ajaklah si kecil bermain. Mengajarinya berbicara bisa melalui permainan, misalnya ciluk ba, bermain tebak-tebakan,atau juga melalui kegiatan sehari-harinya, dari mandi, makan, berjalan-jalan, dll.
  • Cari kata yang mudah untuk memahaminya.
  • Ulangi apa yang dia katakan, atau yang sedang di coba mengatakannya.Ini akan memperjelas maknanya.
  • Hindari bicara kasar dan buruk di depan mereka.Karena apa yang kita ucapkan akan tersimpan di memori otak anak, dan suatu saat kata-kata buruk dan kasar akan di tiru oleh mereka.
  • Beri dia perhatian pada bayi jika dia mulai mengoceh.Tatap matanya seolah kita tahu apa yang sedang di ucapkannya. Ini akan membuat mereka senang untuk berbicara.
  • Beri tanggapan untuk ocehannya, ingat ,selalu gunakan bahasa yang benar,dan tidak di cadel-cadelkan.
  • Jangan menyalahkan apa yang dia katakan. Ulangi apa yang mereka sampaikan meskipun salah dengan kata yang benar dan berulang-ulang.
  • Kenalkan bayi pada di rinya sendiri, misalnya menunjukan mana mata, hidung, telinga,dll.
  • Kenalkan juga pada benda-benda sekitar {kursi,l ampu, dll} dan juga orang-orang di sekitarnya {kakek, nenek, dll}.
  • Ceritakan kegiatan yang sedang kita lakukan, misalnya: memandikan bayi, membacakan cerita, membuat susu,dll.
  • Putarkan lagu anak-anak sambil turut serta bernyanyi.lebih baik lagi jika kita ikut menari dan bergoyang-goyang sambil bertepuk tangan.
  • Bacakan buku cerita. Pilih buku cerita dengan gambar yang menarik. Gambar yang berwarna-warni akan membuat si kecil semakin tertarik.
  • Tanggapi kemampuan atau perilakunya dengan positip. Misalnya jika dia bisa mulai tengkurap, puji dia jika dia bisa menghabiskan makanannya,beri dia ciuman,dll.
  • Lihat respon si kecil saat di ajak bicara,jika mereka masih memperhatikan kita, dapat terus di ajak bicara.Tetapi jika tidak dan mulai memperhatikan ke hal lain,kita basa memperhatikan waktu   berbicara untuk sementara,dan di ulang lagi di lain waktu. Mungkin saja si kecil mulai bosan dan jangan di paksa.


Intinya: banyak-banyaklah berbicara pada si kecil. Makin banyak stimulasi yang kita berikan, maka semakin cepat pula dia mengembangkan kemampuan berbicaranya.

Sumber : Bidanku.com

Melatih bayi jalan

Latihan berjalan implikasinya sangat luas bagi perkembangan psikologis anak. Antara lain dalam sense of autonomy berikut kemandiriannya. Secara bertahap anak memahami, segala sesuatu yang diinginkannya haruslah diusahakan. Nah, agar latihannya berjalan baik dibutuhkan stimulus dan dukungan dari orangtua. Berikut hal-hal yang harus diperhatikan kala anak sedang belajar jalan seperti dijelaskan dr. Rini Sekartini, Sp.A., dari bagian Tumbuh Kembang Anak, Departemen Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

1. CIPTAKAN LINGKUNGAN AMAN
Kala bayi mulai tertatih-tatih belajar jalan biasanya selain merasa senang para orangtua pun mulai “senam jantung”. Bagaimana tidak? Kini si bayi mulai ingin mengenali dunianya yang lebih luas dengan “menjelajah” hingga ke setiap sudut rumah. Mungkin bila dijumlahkan setiap hari entah sudah berapa belas meter jarak yang ditempuhnya.
Keterampilan barunya ini membuat bayi bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Meski sebatas di dalam rumah, “penjelajahan” ini mengundang situasi yang rawan kecelakaan. Contohnya, bagaimana bila tiba-tiba dengan langkahnya yang masih limbung si kecil nyelonong masuk ke kamar mandi yang lantainya licin, atau tiba-tiba menabrak guci besar di pojok ruang yang dapat mencederai dirinya.
Bila terjadi kecelakaan akibat eksplorasinya tentu saja bayi tidak bisa disalahkan. Ia belum tahu benda apa saja dan mana tempat yang berbahaya ataupun tidak.
Menjadi tugas orangtua untuk meminimalkan segala risiko dengan tidak menempatkan barang-barang yang mengundang bahaya di jalur yang akan dilalui bayi. Selain itu, pastikan pula keamanan daerah “steril” bagi bayi, terutama dapur dan kamar mandi karena di kedua tempat ini terdapat banyak hal yang dapat menyebabkan kecelakaan pada bayi.
Selanjutnya, area menuju lantai atas, dapur, dan ke kamar mandi, sebaiknya dilengkapi dengan pintu pengaman berupa pagar pembatas. Kabel listrik yang tak tertata rapi juga sering menjadi biang keladi tersandungnya si kecil yang sedang “asyik” berjalan. Belum lagi kemungkinan sengatan listrik bila kabelnya sudah terkelupas. Oleh sebab itu, aturlah jalinan kabel dengan baik sehingga tak centang perenang.
Biasanya bayi yang sudah mampu berdiri dan berjalan tertarik pada apa saja yang ada di atas meja. Tak heran kalau dalam sekejap kemudian ia akan menarik benda apa saja yang menarik perhatiannya tadi. Guna meminimalkan risiko bahaya, untuk sementara singkirkan taplak meja. Kalaupun ingin menggunakan taplak meja, pilihlah yang ukurannya lebih kecil dari daun meja sehingga tak sampai menjumbai di sisi meja.
Perabot, terutama meja yang bersudut tajam, sebaiknya juga disingkirkan untuk sementara waktu atau akali dengan memasang pengaman sudut. Soalnya, bayi yang sedang belajar berjalan sangat berisiko terbentur sudut meja yang tajam.
Patut diingat, menciptakan lingkungan yang aman bukanlah dengan membatasi ruang eksplorasi bayi. Yang diperlukan bayi adalah pengawasan orangtua sekaligus area yang dapat membuatnya leluasa berjalan-jalan ke sana dan kemari.

2. PILIH SEPATU YANG TEPAT
Sepatu berfungsi melindungi kaki bayi dari partikel dan benda yang bisa mencederainya. Di luar lingkungan rumah, sebaiknya pakaikan sepatu yang dapat menunjang kemampuan bayi berjalan.
Pilih sepatu bersol datar dan lembut untuk memudahkan anak berjalan sekaligus tetap mendapat cukup rangsangan dari bawah. Hindari sepatu dengan pengganjal di bagian lekukan kaki karena akan mengganggu pertumbuhan tulang belulangnya. Hindari juga ujung sepatu yang runcing/menyempit yang membuat ruang gerak jari-jemarinya terhambat.
Pastikan sepatu bayi berukuran pas, tidak sempit dan tidak terlalu longgar. Patokannya, lebihkan sedikit (kira-kira satu ruas ibu jari orang dewasa) pada bagian ujung sepatu. Pilih model dengan tali/kancing/perekat yang dapat mengatur kekencangan sepatu secara tepat. Kaus kaki yang akan digunakan juga tidak dianjurkan terlalu ketat karena dapat mengganggu peredaran darah. Pilih bahan katun agar mudah menyerap keringat sekaligus membantu menjaga sirkulasi udara dalam sepatu.
Saat berjalan-jalan di rumah, bayi tak perlu diberi alas kaki. Tanpa sepatu, kaki bayi akan menerima rangsangan-rangsangan dari luar. Kakinya juga akan mendapat tekanan dari bawah sebagai latihan bagi otot-ototnya. Ini dapat mengasah kemampuan koordinasinya menjadi lebih bagus. Berkat tekanan-tekanan pada permukaan telapak kaki, pertumbuhan tulang kaki menjadi lebih baik. Selanjutnya, akan terbentuk kaki yang baik dengan otot-otot yang lebih kuat. Latihan bertelanjang kaki seperti ini sangat diperlukan di rumah mengingat pertumbuhan tulang akan terus berlanjut sampai anak berusia 17-18 tahun.
Untuk menjamin kesehatan dan kenyamanan kakinya, periksa ukuran sepatu secara berkala mengingat pertumbuhan kaki bayi amat cepat, terutama bila ditunjang gizi yang baik. Sepatu yang kekecilan pasti akan membuatnya tak nyaman. Sepatu kekecilan akan meninggalkan warna kemerahan di pinggir jari atau kaki bayi akibat tekanannya dan dapat menyebabkan iritasi.
3. TUMBUHKAN KEPERCAYAAN DIRI
Pada prinsipnya, selama sudah dipastikan tidak ada gangguan saraf atau kelainan otot, anak pasti bisa berjalan. Memang, sih, usia berjalan pada setiap anak bisa berbeda-beda, namun umumnya rentang waktu yang normal adalah usia 11-18 bulan.
Kecemasan umumnya muncul jika setelah berusia 1 tahun, si kecil belum juga bisa berjalan. Atau biasanya sudah bisa berjalan sebentar, tapi setelah itu mogok. Untuk memastikan ada tidaknya gangguan, tentu harus diperiksakan ke dokter. Bila tak ada gangguan, boleh jadi ia butuh rangsangan agar dapat berjalan tepat pada waktunya.
Anak yang mogok belajar jalan mungkin terlena oleh kemanjaan dari orangtua atau pengasuhnya. Contohnya, kelewat sering digendong sehingga anak tak mendapat stimulasi untuk aktif bergerak. Kemanjaan seperti ini memang bisa menghambat perkembangan kemampuan berjalannya.
Sayangnya, sering kali orangtua tidak menyadari kemanjaan yang mereka limpahkan. Contohnya, lantaran kelewat sayang, orangtua khawatir melihat anaknya limbung. Belum sempat anak melangkah, orangtua sudah langsung mengulurkan bantuan. Kalau semua kebutuhan dan kemudahan sudah ada di depan mata, jangan salahkan kalau si kecil jadi enggan belajar berjalan.
Keengganan latihan berjalan bisa juga lantaran kurangnya rasa percaya diri. Boleh jadi saat pertama kali belajar jalan, ia terjatuh cukup keras. Baik anak maupun orangtua biasanya jadi jera mencoba dan mencoba lagi. Padahal ketakutan berlebih seperti ini harus dikikis. Secara perlahan orangtua mesti meyakinkan anaknya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Tunjukkan dengan bukti konkret, semisal dengan terus mendampinginya berlatih dan menyediakan lingkungan yang aman.
Agar anak mau berjalan lagi, dibutuhkan stimulus yang dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya. Pancing semangat anak dengan sikap gembira tanpa harus memaksa. Gunakan mainan yang menarik agar anak mau mendatanginya. Letakkan agak ke atas sehingga ia perlu berdiri untuk menjangkaunya. Dengan begitu, sedikit demi sedikit, anak tergerak untuk berani mencoba berjalan sendiri, tanpa ditatih atau berpegangan. Kalaupun sampai terjatuh, jangan tunjukkan sikap panik di hadapannya. Perhatikan apakah ia perlu ditolong saat itu juga atau bisa dibiarkan bangkit sendiri. Sikap panik orangtua/pengasuh hanya akan membuat rasa percaya dirinya luntur.

4. PIJAT PERKUAT OTOT KAKI
Selama belajar berjalan, anak mengandalkan otot-otot kakinya untuk menjaga keseimbangan. Dengan rekomendasi dokter anak, orangtua dapat melakukan pijat bayi yang bertujuan menguatkan otot-otot kakinya. Misalnya, dengan cara menelentangkan bayi kemudian minta ia memegang telapak kakinya sambil sedikit didorong. Secara refleks anak akan melakukan gerakan seperti menendang. Latihan yang intens dan tepat terbukti mampu menguatkan otot kakinya.
Tanyakan pada dokter, teknik-teknik pijatan apa yang dapat menguatkan otot kaki. Membawa anak ke tukang pijat tradisional boleh saja asalkan dilakukan dengan hati-hati. Akan lebih baik jika Anda berbekal rekomendasi dokter lalu membawa si bayi ke fisioterapis. Pelajari tekniknya dengan benar. Yang pasti, pijatan yang dilakukan fisioterapis biasanya berlandaskan ilmu yang bisa dipertanggungjawabkan.

5. PERHATIKAN BERAT TUBUH
Sering juga terjadi anak malas belajar jalan akibat kegemukan. Bagi bayi dengan berat badan berlebih, menjaga keseimbangan tubuh jelas lebih sulit. Upayakan agar asupan makanannya seimbang, tidak berlebih dan tidak kurang. Selain itu, fisioterapis dapat membantu bayi dengan program yang tepat. Misalnya dengan teknik mendorong bola besar yang biasa digunakan untuk latihan motorik.

ALAT BANTU BELAJAR JALAN
Beberapa alat diciptakan untuk membantu anak belajar jalan. Prinsip yang tidak boleh absen dari alat ini adalah si bayi tetap perlu ditatih dan menatih. Dengan begitu, setiap kali bayi menjejak ke tanah, maka otot-otot kakinya akan semakin aktif dan kemampuan berjalannya kian terasah.
Nenek moyang kita dulu menggunakan kain yang dililitkan ke dada hingga ketiak bayi. Sisa kain yang menjuntai ke belakang digunakan orangtua untuk membantu mengendalikan keseimbangan tubuh bayi sambil menatihnya. Cara ini tetap aman ditiru hingga sekarang.
Ada juga alat berputar yang bertumpu pada satu poros. Dengan berpegangan pada bilah melintang, secara tidak langsung anak diharuskan untuk berjalan saat mendorong alat tersebut. Atau bisa juga dengan menyediakan hangbar seperti yang ada di pusat-pusat terapi. Intinya, ada satu benda kokoh yang digunakan untuk berpegangan saat keseimbangannya masih labil.
Alat bantu jalan juga dapat difungsikan sebagai mainan, di antaranya kereta dorong. Pastikan dudukan mainan ini cukup mantap sehingga bila anak bertumpu padanya, alat ini tidak mudah terguling. Prinsipnya pun seperti menatih karena bayi “dipaksa” melangkah agar kereta dorong tersebut bisa bergerak.
Yang tidak dianjurkan adalah babywalker karena penggunaan alat ini malah bisa memperlambat kemampuan berjalan si kecil. Posisi duduk dalam babywalker membuat bayi nyaris selalu tersangga sehingga ia tidak cukup terlatih untuk menopang dirinya sendiri. Selain itu, penggunaan babywalker yang berlebihan juga dapat mengakibatkan anak jalan berjingkat/jinjit akibat terbiasa bergerak maju dengan cara mengayuh.

TAHAPAN BAYI BERJALAN
Proses berjalan bayi umumnya dimulai pada usia 9 bulan dengan tahapan berikut:

* Bulan ke-9
Berdiri tegak bila kedua tangan dipegang. Kalau kita biarkan si bayi berdiri (kita hanya pegang kedua tangannya) ia akan berdiri tegak selama beberapa detik di atas kakinya. Ia menahan keseimbangan tubuh yang seluruhnya terletak pada kedua telapak kaki. Berdiri dengan cara demikian hanya sebentar saja dapat dilakukannya karena ia memang belum menguasai keseimbangan badan pada sikap badan tegak lurus.

* Bulan ke-10
Bayi bergayut pada perabot rumah dan mengangkat badan sampai berdiri. Seperti halnya pada perkembangan merangkak, bayi 10 bulan sudah dapat mengangkat badannya sampai sikap “empat kaki”. Dari sikap ini ia kemudian bergayut pada perabot dan menarik badannya ke atas sampai berdiri. Dari sikap berlutut atau setengah berlutut, ia melangkahkan sebelah kakinya ke depan, menjejak dengan telapak kakinya dan menarik badannya hingga berdiri.
Berdiri sambil berpegang pada sesuatu. Bila bayi dapat berpegang pada perabot rumah atau benda kokoh lainnya, ia dapat berdiri selama 1/2 menit. Pada sikap ini telapak kaki bukan hanya ujung-ujung jari kaki saja, tapi seluruh alas telapak kaki menyentuh permukaan lantai.

* Bulan ke-11
Berjalan ke samping sambil merambat pada perabot dalam rumah. Percaya dirinya tumbuh dengan ditandainya melalui sikap berdiri yang memungkinkan anak memindah-mindahkan berat badannya. Mulai pada kaki kiri lalu pindah ke kaki kanan. Dengan kemampuan inilah anak “berjalan di tempat” atau melangkah ke samping.
Berjalan bila kedua tangan dipegang/ditatih. Bila bayi kita pegang kedua tangannya, ia pun mulai mencoba berjalan. Setelah kakinya melangkah maju, pinggul digerakkan ke depan dan berat badan ditopang oleh telapak kaki. Langkahnya memang masih agak tertahan-tahan, belum mantap dengan kaki terbentang lebar.

* Bulan ke-12
Berjalan jika sebelah tangannya dipegang. Langkah-langkahnya memang belum mantap dan kedua kaki masih terbentang lebar. Anak masih gampang kehilangan keseimbangan hingga orang dewasa masih harus memegangnya dan selalu siap menangkapnya bila ia terjatuh.

Bulan ke-13 dan seterusnya.
Mulai menjadi “ahli”. Kemantapan anak berjalan mulai menunjukkan hasil. Kita akan takjub bila suatu saat dia sudah mampu berjalan dengan cepat. Meski perkembangan setiap anak berbeda-beda, umumnya di usia 18 bulan hingga 2 tahun anak sudah dapat berjalan tegak dengan keseimbangan yang lebih mantap tanpa perlu lagi dipegangi.


Sumber 365 Hari Pertama Perkembangan Bayi Sehat; Theodor Hellbrugge dan J.H. von Wimpffen, ed.; Pustaka Sinar Harapan; 2002

Bolehkah Madu Untuk Bayi ?

Tabloid Ibu & Anak - Madu punya banyak khasiat dan full zat gizi. Tapi hati-hati kalau mau memberikan ke bayi. Bagi orang dewasa, madu memang memberikan banyak manfaat. Namun madu ternyata tidak boleh diberikan sembarangan pada bayi. Menurut American Academy of Pediatrics, orangtua sebaiknya tidak memberi madu kepada anak di bawah usia 1 tahun, karena madu dikenal sebagai sumber spora (bibit) bakteri Clostridium botulinum.

Pada orang dewasa, bakteri ini menyebabkan keracunan dengan cara menghasilkan racun botulin, yang diserap oleh usus dan menempel pada serabut saraf. Selanjutnya, menyebabkan gejala-gejala pandangan kabur, mulut kering, sulit menelan dan berbicara, lemah, dan napas pendek. Gangguan ini dapat berlanjut ke kelumpuhan total, gagal bernapas, dan bahkan kematian.

Keracunan pada orang dewasa umumnya terjadi akibat makan makanan kaleng yang tidak diproses dengan benar, atau kadang ikan yang terkontaminasi bakteri ini. Tapi pada bayi, biasanya bukan karena memakan racun botulin, tetapi memakan sporanya. Dan madu merupakan salah satu sumber spora tersebut.

Jika orang dewasa minum madu yang mengandung spora C. botulinum, asam-asam dalam saluran pencernaan, bakteri alami, dan mekanisme lain dalam usus akan mencegah spora itu tumbuh dan menghasilkan racun. Tetapi saluran pencernaan bayi belum cukup melindungi untuk menghalangi pertumbuhan spora dan pembentukan racun tersebut, sehingga bayi keracunan. Pemanasan atau pemasakan madu dengan makanan lain tidak akan mengurangi risiko terkena botulisme, karena spora ini tahan suhu yang tinggi.

Keracunan ini jarang terjadi, namun bisa berakibat fatal, karena mempengaruhi sistem saraf bayi. Tanda-tandanya mencakup sulit bernapas, lemah otot leher, lengan, dan kaki. Bayi tidak mampu mengisap ASI atau menangis secara normal, gangguan penglihatan, tidak mampu makan atau menelan makanan, serta sembelit yang tak hilang-hilang.

Pada orang dewasa, gejala keracunan botulin biasanya tampak 12-36 jam setelah menelan bakteri, sedangkan pada bayi lebih bervariasi. Bayi yang keracunan botulin harus segera dilarikan ke ICU. Jika mendapat penanganan yang benar, bayi dapat sembuh dengan baik.

Protein Terlalu Tinggi

Pada tradisi tertentu, orangtua juga sering memberikan madu kepada bayi, entah dengan dioleskan ke bibir bayi, menyuapinya dengan sendok, atau dicampurkan ke dalam makanan seperti susu formula, air, atau obat. Namun, sebenarnya tradisi ini tak sepenuhnya aman bagi bayi.

"Kalau sekadar dioleskan ke bibir sih, tidak apa-apa," papar Dr. Rachmat Sentika, Sp.A(K). "Tapi kalau menyuapi bayi dengan madu, atau mencampurkan madu ke dalam makanan, sebaiknya jangan."
Alasannya, bukan semata karena khawatir keracunan bakteri, namun karena madu mengandung protein yang sangat tinggi. "Kandungan polipeptida, asam amino, dan juga lemak madu itu hampir sama dengan susu sapi," ungkap dokter yang berpraktik di RS Internasional Bintaro, Tangerang ini. Menurut Rachmat, kandungan protein madu antara 15-20 gram/100 cc. Padahal protein ASI atau susu formula cuma 4-9 gram/100 cc. "Hal ini tentu akan memperberat kerja ginjal bayi."

Kasus keracunan botulin pada bayi, menurut Rachmat, jarang terjadi. Namun orangtua bisa melakukan langkah-langkah pencegahan yang mudah. Misalnya, jangan menambahkan madu ke dalam makanan bayi, air, ASI, susu formula, atau obat-obatan yang diminum bayi. Jangan mencelupkan empeng bayi ke dalam madu.

Ketika anak sudah lebih dari 1 tahun, asam lambung, bakteri-bakteri alami dalam pencernaan, dan juga saluran pencernaannya sendiri sudah lebih kuat, sehingga anak pun lebih tahan terhadap spora botulinum dan ia bisa aman mengkonsumsi madu.

Yang Juga 'Terlarang'untuk Usia 6-12 Bulan

Gandum atau produk gandum
Gandum merupakan penyebab utama alergi biji-bijian, dan Anda sebaiknya menunggu untuk mengenalkan gandum ini sampai bayi berusia 6-8 bulan, dan dapat menangani nasi dan oat.

Susu whole milk
Pengenalan awal susu sapi penuh (whole milk) dapat menyebabkan alergi. Dan bayi juga belum memerlukannya. Untuk tahun pertama, cukup ASI saja.

Putih telur
Boleh saja memberikan kuning telur saat bayi berusia 9 bulan, namun tunggu memberikan putih telur sampai usianya 1 tahun.

Jeruk citrus
Tanyakan kepada dokter anak, apakah boleh memberikan jus jeruk citrus kepada bayi. Kadang jeruk ini mengandung senyawa-senyawa penyebab alergi.

Selai kacang
Kacang tanah atau selai kacang dapat memicu reaksi alergi, dan sebaiknya tak diberikan kepada anak di bawah 3 tahun.

Sumber : Tabloid Ibu Anak

Monday, 16 April 2012

Cara Pemberian Obat pada Anak dan Bayi

Berikut ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan oleh orangtua anak maupun bayi di Farmasi RS Panti Rapih :




Apa yang diperhatikan dokter saat memberikan obat pada bayi atau anak?
Saat meresepkan obat untuk bayi dan anak, dokter akan melihat:
  1. Diagnosa penyakit berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium (jika diperlukan).
  2. Usia bayi. Semakin kecil usia bayi semakin banyak obat yang belum boleh diberikan.
  3. Berat badan bayi. Dosis obat diberikan berdasarkan berat bayi sehingga penimbangan berat badan sangat penting.
Jika obat si kecil tersisa, bolehkah diberikan kembali bila suatu waktu ia mengalami penyakit yang sama?
Bergantung jenis obatnya, jika:
  1. Antibiotik. Tidak boleh! Apapun bentuknya baik itu sirup atau puyer. Antibiotik harus dihabiskan atau sesuai instruksi dokter.
  2. Racikan. Baik sirup maupun puyer sebaiknya tidak diberikan, dikhawatirkan terdapat jenis obat yang tidak bisa dikonsumsi kembali.
  3. Obat sirup. Boleh diberikan, misalnya obat penurun panas, batuk, pilek, dan lain-lain.
  4. Puyer, seperti obat kejang atau obat emergency lainnya, bisa diberikan asalkan kondisi obat tidak berubah, baik warna atau tekstur (menggumpal/tidak). Serta, berat badan atau usia bayi tidak jauh berbeda saat obat tersebut diberikan.

Obat sirup dapat tahan berapa lama setelah kemasannya dibuka?
Sebenarnya tidak ada waktu yang pasti. Ibu sebaiknya mengecek kembali kondisi dan tanggal kadaluwarsa obat.
Bagaimana cara penyimpanan yang baik untuk obat sirup sisa?
  1. Tutup botol obat dengan rapat, cuci/lap dengan air hangat untuk menghilangkan sisa obat di luar botol.
  2. Letakkan di tempat yang tertera dalam kemasan obat. Jika diminta di dalam lemari pendingin, sebaiknya tidak di freezer, tempatkan pada wadah terpisah yang tertutup agar tidak terkontaminasi dari sayuran atau bahan lainnya yang ada dalam lemari pendingin.
  3. Simpan dalam suhu ruangan yang terjaga (26 - 27 derajat Celsius) dan hindarkan dari sinar matahari langsung.

Bolehkah si kecil diberikan obat milik bayi atau anak lain?
Lihat kondisi si kecil. Prinsipnya boleh saja, terbatas obat untuk pertolongan pertama, misalnya penurun panas, asalkan usia atau berat badan antara bayi satu dengan lainnya tidak jauh berbeda, bisa menggunakan aturan pemakaian yang sama. Tapi bila berbeda berat badan maupun usianya tanyakan kepada apoteker Anda. Untuk obat-obat selain obat penurun panas disarankan untuk memeriksakan ke dokter agar pengobatan sesuai dengan kondisi dan dosis yang diperlukan.

Mana lebih baik, obat penurun panas golongan paracetamol atau ibuprofen?
Dua-duanya sama saja, namun kadang ada yang merasa lebih cocok menggunakan paracetamol dibandingkan ibuprofen atau sebaliknya.
Tapi biasanya untuk anak yang memiliki riwayat kejang atau panas yang sulit turun, dokter mungkin mengombinasikan 2 jenis obat penurun panas yang diberikan secara selang-seling.
Untuk kasus yang diduga demam berdarah dengue, pemberian parasetamol menjadi pilihan. Dikarenakan pemberian ibuprofen diduga dapat mengakibatkan turunnya jumlah trombosit.

Kapan boleh diberikan obat penurun panas ulang setelah pemberian yang pertama?
Pemberian diulang 4 - 6 jam setelah pemberian obat sebelumnya. Jika panas sulit turun, ibu dapat memberikan bayi minum lebih banyak dan mengompres badannya dengan air hangat.

Mana lebih baik, obat penurun panas lewat mulut atau anus?
Sama saja, namun obat yang diberikan melalui anus bereaksi lebih cepat. Tetapi pemberiannya disesuaikan juga dengan keluhan si kecil. Jika bayi muntah, obat akan diberikan melalui anus. Namun jika bayi menderita diare, akan lebih efektif jika obat diberikan lewat mulut.

Bolehkah menghentikan pemberian antibiotik sebelum waktunya?
Tidak boleh karena dapat menimbulkan resistensi/kebalnya kuman terhadap obat. Ibu juga tidak boleh mengganti aturan minumnya, misal: 4x1 menjadi 3x1 karena tiap antibiotik memiliki masa kerjanya sendiri. Seandainya si kecil terlewat 1x waktu minum antibiotik, Ibu tetap memberikannya sesuai petunjuk pemakaian dengan selang waktu lebih singkat, misalnya: seharusnya bayi minum obat pukul 9 tapi dipercepat menjadi pukul 6.

Benarkah pemberian antibiotik pada bayi dapat mengakibatkan gigi kuning saat anak besar?
Saat Ibu masih kecil, ada jenis antibiotik Tetracycline. Nah, jenis ini dapat menyebabkan gigi kuning saat si kecil besar. Namun jangan khawatir karena sekarang sudah jarang digunakan.

Apakah obat paten lebih baik daripada obat generik?
Antara paten dan generik memiliki kualitas yang sama. Dikarenakan memiliki kandungan yang sama pula. Obat paten biasanya jauh lebih mahal dibandingkan obat generiknya dikarenakan bahan tambahan, biaya pengemasan dan biaya promosinya. Namun kadang dokter meresepkan obat paten dikarenakan ada beberapa jenis obat yang belum tersedia generiknya.

Mungkinkah terjadi reaksi alergi pada bayi saat pemberian obat? Jika ya, bagaimana ciri-cirinya?
Reaksi alergi karena pemberian obat sangat mungkin terjadi.
Ciri-ciri yang timbul bergantung pada sistem apa yang terkena, misalnya:
  1. Pencernaan, ditandai bayi mengalami mual, muntah sampai diare.
  2. Pernapasan, ditandai dengan suara grok-grok akibat produksi lendir yang berlebih. Bahkan bisa sampai terjadi sesak napas.
  3. Kulit, timbul bercak-bercak merah, gatal sampai melepuh.
Reaksi alergi ini dapat timbul langsung sehabis obat diberikan atau bahkan beberapa hari setelahnya. Jadi, ibu disarankan untuk menyimpan copy resep maupun kuitansi pembayaran obat si kecil guna mencari tahu obat mana yang menimbulkan reaksi alergi. Dengan adanya data obat apa saja yang pernah digunakan, ibu dapat mengetahui riwayat pengobatan si kecil pula.

Apa tindakan orangtua jika bayinya mengalami reaksi alergi obat?
Yang pertama dilakukan adalah menghentikan penggunaan obat untuk menghindari reaksi yang lebih lagi.
Tindakan yang dapat dilakukan bergantung keluhan yang timbul, jika:
  1. Ringan, sebatas gatal dan merah-merah, Ibu cukup menghentikan pemberian obatnya dan beri obat topikal pada daerah yang terkena.
  2. Berat, seperti muntah-muntah, diare sampai sesak, segera hentikan pemberian obat dan bawa ke pusat kesehatan terdekat.

Bolehkah menaikkan/menurunkan dosis obat secara mandiri oleh orangtua?
Sebaiknya konsultasikan dengan dokter, jangan menurunkan/menaikkan dosis secara mandiri. Jika overdosis, dapat mengakibatkan gangguan hati dan ginjal pada jangka panjang. Namun, jika dosisnya kurang, maka obat tidak dapat bekerja secara optimal.

Bagaimana jika bayi memuntahkan obat?
Jika obat yang diberikan langsung dimuntahkan, Ibu bisa memberikan lagi dengan dosis yang sama. Namun jika si kecil muntah setelah 30 menit, Ibu tidak perlu mengulangi, karena usus akan menyerap sebagian besar obat pada waktu 30 - 45 menit setelah pemberian.
Hubungi dokter anak Anda, bila si kecil bolak-balik muntah. Pemberian dosis obat yang terlalu sering bisa menyebabkan muntah maupun diare, terutama pada beberapa jenis antibiotika. Kalau sudah begini, pemberian antibiotika bisa dilakukan dengan cara disuntik.

Bolehkah mencampur obat, misalnya obat sirup dicampur puyer?
Boleh, tetapi Ibu harus memerhatikan waktu pemberiannya. Jangan menggabungkan obat yang seharusnya diminum sebelum makan dengan obat setelah makan.

Manakah yang lebih baik, obat sirup atau puyer?
Sama saja, namun jika obat yang diresepkan jumlahnya banyak, maka demi kepraktisan biasanya dokter meresepkan obat racikan agar si kecil tidak perlu meminum banyak obat.

Bolehkah memberikan obat pada bayi dengan dicampur madu?
Anak-anak sering tidak nyaman dengan rasa obat yang sebagian besar pahit. Untuk memperbaiki rasa sebaiknya bisa diberikan air gula maupun madu murni. Namun kadang dikhawatirkan madu yang beredar belum tentu baik, kadar gula yang tinggi juga bisa menyebabkan batuk. Jika terpaksa harus memberikan puyer yang pahit, Ibu bisa meminta tambahan penetralisir rasa di apotek terdekat.

Bolehkah bayi langsung meminum susu setelah minum obat?
Bergantung jenis obatnya. Ada yang bisa namun ada juga yang menunggu 30 menit setelah pemberian obat, karena ada beberapa obat tertentu yang larut dalam susu.
Ada beberapa obat yang boleh diberikan bersama dengan susu. Misalnya sediaan serbuk Lactobacillus (yang biasa digunakan untuk mengatasi diare pada anak). Namun susu harus diminum semuanya agar obat yang diterima si kecil sesuai dengan dosisnya.

Tip mudah memberikan obat pada bayi?
  1. Ciptakan suasana yang santai, jika si kecil suka mendengar musik maka mainkan musik. Alihkan perhatian agar ia tidak tahu akan diberi obat.
  2. Hindari penggunaan suara keras saat memberikan obat. Gunakan nada lembut dan Ibu dalam kondisi rileks.
  3. Posisikan bayi dengan kepala lebih tinggi agar obat tidak masuk ke paru-paru. Umumnya, memberi obat pada bayi lebih susah, karena ia suka berontak. Makanya, posisi tubuhnya musti pas. Caranya? Pangku si kecil, lalu aturlah agar posisinya setengah duduk.
Catatan: Jangan menelentangkan bayi, sebab obat bisa masuk ke paru-paru. Khusus bayi, sebaiknya obat cair diberikan dengan pipet. Bayi kan belum bisa menelan dari sendok! Ada triknya agar obat tadi benar-benar ditelan si kecil. Misalnya, letakkan pipet di sudut mulut bayi, lalu secara perlahan-lahan keluarkan obat. Letakkan ujung pipet obat di bibir bawah si kecil, biarkan obat mengalir ke dalam mulut.

Sumber : http://www.pantirapih.or.id