Assalamualaikum wr. wb

Blog ini sebenarnya adalah sebagian besar berisi informasi tentang bayi dan balita.
karena aku mempunyai anak yang masih bayi.
Semua informasi yang aku pernah dapatkan, aku usahakan untuk di posting di blog ini dengan tujuan agar bermanfaat bagi orang banyak.
Demi kemajuan blog ini, tolong tinggalkan komentar atau vote anda.
Boleh juga kritik dan saran yang membangun.


Wassalamualaikum wr. wb
Bundanya Shakila


Monday, 5 March 2012

Balita takut dengan orang asing

Shakila udah mulai kenal sama orang. Setiap ketemu sama orang asing, pasti nangis karena takut. atau sekedar melihat wajah orang asing tersebut. Shakila tidak mudah lengket dengan orang lain. ada untungnya juga sih. Jadi ga mudah di ajak orang asing yang berniat jahat. he..he.he..

Sebenernya normal ga sih kalau bayi takut sama orang asing? berikut penjelasannya...


Rasa takut terhadap orang asing sebenarnya sudah bisa dirasakan si kecil sejak usia 6-8 bulan. Selain karena sudah mengalami kemajuan dalam perkembangan berpikir, bayi pun sudah mampu mengenali mana orang yang biasa ditemuinya dan mana yang tidak. Ia akan merasa nyaman jika yang dilihat adalah orangtua atau orang-orang yang kerap ditemuinya di rumah. Tetapi jika yang ditemuinya adalah orang yang baru pertama kali dilihat, maka umumnya ia akan merasa takut.
Namun, ekspresi ketakutan sering kali terlihat lebih jelas pada anak batita karena kemampuan berekspresinya sudah lebih tinggi daripada sebelumnya. Ia mampu mengungkapkan ketakutan lewat kata-kata, dengan ekspresi yang lebih dalam, disertai bahasa tubuh yang khas.
Di samping itu, kegiatan interaksi anak batita dengan lingkungan pun sudah lebih intens daripada sebelumnya. Banyak hal membuatnya harus berinteraksi dengan lebih banyak orang, sehingga dengan begitu ia lebih sering merasa "terancam" dan menunjukkan ketakutan.
Anak batita sudah memiliki self awareness atau kesadaran akan diri sendiri dan orang lain yang dapat memicu berbagai perasaan dalam benaknya. Padahal di usia ini kemampuan berpikir logis belum muncul secara baik sehingga apa yang sebenarnya bukan masalah dianggapnya masalah. Orang baik dianggap sebagai ancaman. Rasa takutnya pun muncul dengan kuat.
Dengan mengerti tahap berpikir anak usia 1-3 tahun, orangtua diharapkan dapat menepis kekhawatiran akan sikap si kecil yang sulit diajak bersosialisasi dengan orang baru. Dengan sedikit penanganan, biasanya masalah ini bisa segera diatasi. Pembuktian kepada si batita bahwa orang yang ditakutinya bukan ancaman diharapkan dapat menenangkannya. Misalnya katakan, "Sayang, ini Tante May, teman bunda. Tante May ingin ngajak kamu main. Yuk, sini!" Jika anak masih sulit menerima penjelasan yang diberikan, perlu dilakukan tindakan lain yakni membiasakannya untuk berhubungan dengan orang tersebut tanpa terkesan disengaja.
Caranya dengan meningkatkan kesempatan bagi anak untuk berinteraksi melakukan kegiatan bersama dengan orang tersebut, baik itu teman sebaya maupun orang dewasa. Jika orang asing yang dimaksud memang orang yang jarang ditemui, anak juga perlu pendampingan orangtua selain kegiatan yang dapat dilakukan bersama. Kebersamaan umumnya akan mencairkan ketakutan atau rasa malu anak.

Bantulah anak mengatasi rasa takut berhadapan dengan orang yang baru dikenal, dengan beberapa langkah berikut:
  1. Jangan paksa anak untuk mudah bergaul di usia sedini ini. Sebaliknya, biarkan anak menghadapi dan menyesuaikan diri dengan wajah baru, sesuai kesiapannya. Memaksa anak untuk mau dengan orang baru, justru akan meningkatkan ketakutannya.
  2. Jangan sangkal ketakutannya. Kesedihan anak terjadi saat dia merasa menjadi pusat perhatian orang-orang yang belum dikenalnya. Ada yang ingin menggendong, mengelus, mencium dan menyodorkan makanan. Menyangkal ketakutan anak akan memicu ketakutannya berkembang lebih lanjut, meningkatkan ketakutan, dan membuatnya makin tidak berani lepas dari Anda.
  3. Ingatkan para tamu dan kenalan. Mungkin mereka kecewa karena merasa ditolak oleh anak. Jelaskan bahwa anak Anda memang tidak mudah menghadapi orang-orang baru. Nenek yang jarang bertemu anak, mungkin sedih saat anak berontak ketika mau dipeluk. Jelaskan pada nenek, bahwa ketakutan anak pada orang yang jarang bertemu atau baru dikenal adalah hal yang wajar, bukan karena mereka salah memperlakukan anak Anda.
  4. Ajarkan kenalan atau kerabat teknik mendekati anak. Misalnya, “Salaman saja, Tante, kalau diajak ngomong, Shakila masih takut.” Anda harus meyakinkan kerabat bahwa yang mereka lakukan bisa mengurangi ketakutan anak, dan mereka harus sabar menunggu sampai anak tenang dan melihat dirinya aman berada di antara orang asing. Minta juga pada kenalan untuk meminjamkan mainan, tetapi jangan tersinggung bila anak tidak langsung mau menerimanya.
  5. Beri jaminan rasa aman. Anak balita usia 1-2 tahun selalu membutuhkan rasa aman dan kepastian dari orang tuanya dalam melewati fase-fase perkembangannya. Orang tua harus berusaha memberi rasa aman saat anak menghadapi orang baru. Berikan sebanyak mungkin cinta, baik melalui kata-kata maupun bahasa tubuh, misalnya, ketika anak takut, peluk dia dan tenangkan.
  6. Kenalkan anak pada orang baru sesering mungkin, dan lebih baik biasakan sejak dini. Misalnya, sering mengajak anak pergi ke suatu tempat, dan berkenalan dengan orang-orang di tempat tersebut. Ketika mengajak anak ke mini market, misalnya, kenalkan anak pada petugas kasir atau penjaga toko. Gunakan setiap kesempatan untuk mengajak anak berkenalan dengan orang lain.
  7. Berkenalan dengan pengasuh secara bertahap. Pengasuh baru juga orang asing bagi anak dan sebaiknya jangan harap mereka akan langsung akrab. Perkenalkan lebih dulu calon pengasuh anak sebelum Anda "melepasnya" mereka berdua. Tunjukkan pada calon pengasuh, cara berkenalan dengan anak Anda. Ajak pengasuh baru ikut bergabung dengan anak saat bermain.
Untung anak punya rasa takutTakut pada orang asing sebenarnya menyimpan beberapa manfaat buat si batita. Ketakutannya ini dapat menjadi indikator bahwa pemahaman si kecil akan konsep dirinya dan orang lain berjalan dengan baik. Di usia ini anak sudah tahu akan keberadaan dirinya di dalam lingkungannya. Jadi ia mulai berusaha untuk membawa dirinya sebagai pribadi yang mulai eksis di antara orang-orang yang ada di sekitarnya. Ia mulai bereksplorasi lebih dalam terhadap lingkungannya dan jika ada sesuatu yang ia rasa mengancam maka muncul lah rasa takut itu.
Rasa takut dapat menolong anak dari bahaya yang mungkin menimpanya. Ketika ia menangis keras karena orang lain, seharusnya tangisan itu menjadi pertanda ada sesuatu yang tidak beres.
Kejadian sebaliknya bisa saja terjadi jika anak tidak memiliki rasa takut terhadap orang asing. Dengan begitu, orang asing termasuk yang berniat buruk dapat dengan mudah melakukan pendekatan terhadap anak.
Jika anak tak mudah takut dengan orang asing, orangtua perlu mengasah kemampuan anak untuuk membedakan mana orang asing yang membahayakan dirinya dan mana yang tidak. Hal ini bisa dicapai kalau orangtua menunjukkan kasih sayang melalui perbuatan, sehingga anak tidak mudah lekat pada sembarang orang. Dia hanya lekat pada orang-orang yang dia percayai.
Orangtua pun harus memberikan rambu-rambu sederhana kepada anak batita. Cara termudah adalah berteriak untuk mendapatkan perhatian dari orang-orang yang peduli, Cara jitu lainnya adalah menghindar ketika ada orang yang memaksanya melakukan perbuatan yang membuatnya tidak nyaman.
Narasumber: Dra. Mayke S. Tedjasaputra, M.Si., dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

No comments:

Post a Comment