Sebagai calon orang tua, salah satu yang
perlu anda putuskan adalah apakah buah hati anda kelak akan menggunakan
disposable diaper ataukah cloth diaper. Apa yang anda putuskan akan memberikan
dampak baik dari segi kesehatan maupun finansial, sebab bayi anda akan
menghabiskan 25.000 jam bersama diaper dan butuh 6.000 kali penggantian pada
tahun pertamanya. Artikel ini akan membahas kandungan kimia yang terdapat pada
disposable diaper yang tentunya dapat memberikan efek yang tidak sedikit bagi
buah hati anda, semoga bermanfaat.
Disposable diaper atau popok sekali pakai terdiri
dari bahan-bahan kimia berbahaya, di antaranya adalah Sodium Polyacrylate.
Sodium Polyacrylate memang bisa bekerja sebagai super absorbent yang
hebat, bahan yang berbentuk serbuk sebelum dicampurkan pada lapisan dalam
disposable diaper memiliki daya serap lebih dari 100 kali dari beratnya di
dalam air. Bahan kimia inilah yang mengubah cairan menjadi gel yang akan
menempel di kulit bayi dan menimbulkan reaksi alergi. Disamping itu, bahan ini
juga dicurigai sebagai biang keladi iritasi kulit dan demam. Ketika disuntikkan
pada tikus percobaan menimbulkan hemorhage, kegagalan kardivaskuler, bahkan
kematian. Anak-anak bisa terbunuh jika menelan 5 gram Sodium Polycrylate.
Selain itu, bahan ini juga merusak daya tahan tubuh dan menurunkan berat badan
para pekerja pabrik yang memproduksinya.
Bahan kimia lain yang berbahaya adalah dioxin.
Dioxin dihasilkan dari proses produksi pemutih kertas. Sementara itu
proses produksi disposable diaper menggunakan dioxin dalam bentuk gas klorin.
Dalam artikel yang berjudul “Whitewash; Exposing the health and
environmental dangers of woman’s sanitary product and dsposable diaper - what
you can do about it”, Liz Amstrong dan Adrienne
Scott menyatakan kebanyakan industri kertas melakukan proses pemutihan dengan
menggunakan pulp whiter daripada klorin. Penyebabnya tak lain adalah
bahan kimia yang termasuk dalam organoklorin (termasuk di dalamnya dioxin) ini
sangat beracun dan bersifat persisten (menetap dalam tubuh).
Tributyl Tin (TBT) juga termasuk bahan
yang digunakan dalam produksi disposable diaper. Bahan kimia ini selain
menyebabkan pencemaran lingkungan juga di samping sangat beracun. Penyebarannya
bisa melalui kulit, jadi bisa dibayangkan tingkat bahayanya kalau kulit bayi
yang sensitif memakai diaper yang mengandung TBT. Karena saking beracunnya
bahan kimia ini dalam konsentrasi yang sangat kecil pun bisa mengakibatkan
gangguan hormon disamping mengganggu sistem kekebalan tubuh. Tak
tanggung-tanggung, orangtua yang memiliki bayi laki-laki perlu waspada karena
bahan ini bisa menyebabkan kemandulan . Ginny Caldwell dalam artikelnya yang berjudul
"Diapers, Disposable or Cotton?", menyatakan bahwa kerusakan dalam
sistem saraf pusat, ginjal dan lever bisa disebabkan oleh bahan-bahan kimia
berbahaya yang ditemukan dalam disposable diaper.
Pada tahun 1999 The Archive of Environtmental
Health melaporkan sebuah studi yang dilakukan oleh Anderson Laboratories.
Dalam studi tersebut mereka membuka kemasan diaper lalu meletakkannya di dekat
tikus-tikus percobaan. Tikus-tikus yang terekspos diaper tersebut menderita bronchoconstriction
yang menyerupai serangan asma. Tak hanya itu, tikus-tikus tersebut juga
mengalami iritasi mata, kulit dan tenggorokan. Di dalam sebuah ruangan yang
luas sekalipun emisi dari disposable diaper cukup mampu membuat tikus-tikus ini
terserang asma. Bahan kimia yang ditemukan dalam disposable diaper yang mampu
menyebabkan iritasi tenggorokan antara lain tolune, xylene, ethylbenzene,
styrene, dan isopropylbenzene.
Tentu saja berbeda dengan popok kain yang
terkenal aman karena tidak mengandung bahan kimia. Tikus-tikus percobaan tidak
mengalami gangguan pernafasan seperti tikus-tikus yang terkena emisi diaposable
diaper. Jadi sekarang saatnya mempertimbangkan lagi penggunaan disposable
diaper supaya bayi aman dari efek jangka panjang yang ditimbulkan oleh
disposable diaper.
Studi sains yang dilakukan Kiel University Jerman
pada tahun 2000 mengindikasikan kemandulan pria dengan meluasnya penggunaan
disposable diaper yang menyebabkan suhu daerah testis lebih panas daripada suhu
badan. Ini merupakan faktor yang signifikan terhadap menurunnya tingkat
kesuburan kaum pria di Eropa Barat.
Ruam popok misalnya meningkat drastis dari 7,1%
menjadi 61% dengan bertambahnya penggunaan disposable diaper menurut sebuah
review studi yang dilakukan Proctor and Gambles (The Landbank Consultancy Ltd,
1991). Anda bisa bayangkan keuntungan yang dimiliki pabrik pembuat krim anti
ruam popok :-).
No comments:
Post a Comment